MusikKuKita, Peryaan Hari Musik Sedunia 2024 Ngaos Art: Kelahiran dan Kematian Berkali-kali dari Rahim Waktu

- 29 Juni 2024, 07:00 WIB
Seni Instalasi pada acaara MusikKuKita yang diisi oleh para pemain musik 'Street Music', Dan Brown dalam Da Vinci Code mengatakan bahwa pintu gereja yang semakin atas semakin lancip adalah perwujudan dari Gua Garba, tempat kelahiran/
Seni Instalasi pada acaara MusikKuKita yang diisi oleh para pemain musik 'Street Music', Dan Brown dalam Da Vinci Code mengatakan bahwa pintu gereja yang semakin atas semakin lancip adalah perwujudan dari Gua Garba, tempat kelahiran/ /Kabar Pangandaran//

Setelah asyik bersenda gurau dengan irama keroncong, kamu akan memasuki ruang yang lebih privat, diintrogasi oleh lagu yang mungkin saja menyenangkan untuk kamu dengar. Atau tidak sama sekali. Tapi sesungguhnya alunan irama tersebut sedang mengaajak kamu menjelajahi isi pikiran, hati, dan kesadaran kamu.

Para penonton berjoget dalam iringan musik dari OKN dalam MusikKuKIta Ngaos Art, Peringatan Hari Musik Sedunia 2024/
Para penonton berjoget dalam iringan musik dari OKN dalam MusikKuKIta Ngaos Art, Peringatan Hari Musik Sedunia 2024/

Sufisme Urban dalam Ruang Kotak Hitam

Di sebuah kotak hitam, kamu akan disambut dengan profil beberapa musisi legendaris. Lalu sebuah gambar warna warni yang mengantarkan penampilan dari The BoyOut. Lalu suara paduan ska dengan rythem dan blues menjadi harmonisasi raggae, yang hadir dengan dibawakan oleh para personil bertelanjang dada. Sang vokalis lalu menyapa penonton dengan kata bervokal e. Kemudian terdengarlah tawa para penonton.

Malam itu, The BoyOut yang terdiri dari Iki Tuska, Kahfi, Aulia Ahsan, Rifki Mantri, Arianto, dan Aldi, membawaka tiga buah lagu berjudul Politisi, Aku Pernah Melihatmu Tanpa Make Up, dan Enyoy Enjoy. Penonton pun berdiri dan menggerakan tubuhnya, mengikuti irama musik, yang dibuat asyik.

The BoyOut tampil menggairahkan membuat seluruh isi di ruang kotak hitam berkeringat/
The BoyOut tampil menggairahkan membuat seluruh isi di ruang kotak hitam berkeringat/

Manajer grup musik tersebut, Izal Zae, menjelaskan bahwa The BoyOut merupakan salah satu kelompok musik dari Ngaos Art yang baru saja dibentuk, dan akan menyuarakan kritik sosial, dengan bentuk, gaya, dan performa serta bahasa tubuh yang mencerminkan etnografi kesundaan, dan lirik yang religius.

Kemudian penampil berganti dengan kahadiran alunan petikan gitar dari Bujangga Manik yang 'dewasa'. Terjadi perubahan suasana. Penonton diajak menjelajahi cakrawala yang lebih jauh dan mengawang. Bercerita tentang Mahaprabu, Perempuan dari Timur, dan Lumbung Carita. Katiga personel; Ervan, Gio, dan Adit tampil dengan menggunakan wadrope dengan kain khas salah satu daerah di Indonesia. Sang vokalis bahkan menyematkan sepotong daun hijau pada rambutnya.

Bujangga Manik yang 'dewasa' mengajak penonton mengembara lewat liriknya yang puitis dan sarat makna/
Bujangga Manik yang 'dewasa' mengajak penonton mengembara lewat liriknya yang puitis dan sarat makna/

Ada banyak cerita yang disampaikan oleh Bujangga Manik, yang konon setiap kata yang diucapkannya (Bujangga Manik dalam arti sesungguhnya, tokoh dari Kerajaan Majapahit) adalah sabda. Ia mengingatkan kita pada nilai-nilai kerendahan hati dan kearifan. Juga spiritualitas.

Memang bukan hal baru. Tapi perpaduan antara The BoyOut dan Bujangga Manik merupakan wujud ekspresi baru di tengah hiruk pikuk kehidupan urban. Sufisme urban mungkin menjadi istilah yang menarik untuk menggambarkan fenomena di mana nilai-nilai dan ajaran sufistik diadaptasi dan dikomunikasikan melalui media musik yang lebih akrab dengan masyarakat perkotaan.

Halaman:

Editor: Kiki Masduki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah